Jumat, 11 Maret 2011
Kanker Bisa Dipicu Jejaring Sosial
Benarkah bahwa terlalu lama bermainmain dengan jejaring sosial dapat memicu kanker?
Baru-baru ini psikolog Aric Sigman mengungkapkan hal tersebut dalam tulisannya di Journal of the Institute of Biology. Ia mengatakan bahwa berlama lama bermain di jejaring sosial dapat meningkatkan resiko kanker, stroke, serangan jantung dan demensia.
"Mengirim pesan melalui situs jejaring sosial seperti ini daripada bertemu langsung dapat mengakibatkan efek samping yang sangat besar dalam perubahan biologis tubuh," ujar dr.Sigman
Peningkatan isolasi dapat mengubah cara kerja gen dan respon imun terhadap rasa kesal, kadar hormon dan fungsi arteri, juga dapat mengganggu mental.
Jejaring sosial menyediakan berbagai fasilitas yang memungkinkan orang untuk berhubungan dengan teman-temannya tanpa harus bertatap muka secara langsung. Selain itu, mereka dapat upload foto, bermain games, dan menulis status update.
Walaupun didesain menghubungkan banyak orang, situs jejaring sosial punya peranan penting membuat yang ketagihan bermain sehingga semakin terisolasi.
Para peneliti menemukan jumlah waktu yang digunakan orang untuk bertemu muka berkurang secara dramatis sejak terjadinya peningkatan penggunaan media elektronik pada 1987. Padahal, interaksi secara langsung dapat membuat kerja hormon lebih baik, contohnya hormon 'cinta' oksitoksin, yang berfungsi membantu terjadinya ikatan antara pasangan.
Bayangkan jika rasa cinta hanya dikirim melalui pesan tanpa bertemu secara langsung, kerja hormon ini pun tidak akan maksimal bahkan akan terjadi perubahan dalam produksinya.
Tentu ada perbedaan antara kehadiran yang sebenarnya dengan kehadiran virtual. Akan terjadi perubahan fungsi dari beberapa gen, termasuk yang memengaruhi sistem imun dan respon terhadap stres, berdasarkan seberapa banyak interaksi yang terjadi.
Tidak dapat dipungkiri dengan semakin menjamurnya jejaring sosial, terjadi perubahan pada gaya hidup masyarakat. Untuk menghemat waktu, orang lebih memilih bertemu secara virtual dibandingkan bertatap muka, bahkan banyak pendidikan saat ini menggunakan sistem online yang memungkinkan anak usia sekolah pun tidak perlu keluar dari kamarnya untuk bersekolah.
"Media elektronik juga dapat mengurangi kemampuan anak, remaja, dan orang dewasa dalam berinteraksi sosial, selama mereka terisolasi," terang Sigman.
Hal itu terlihat jelas dari perubahan gaya hidup masyarakat yang mengakibatkan berkurangnya waktu mereka untuk berinteraksi selama dua dekade terakhir. Orang tua menghabiskan waktu lebih sedikit untuk anak mereka, seperti halnya yang terjadi di Inggris.
Kebiasaan makan malam bersama semakin berkurang, sedangkan jumlah orang yang memilih kerja online di rumah semakin meningkat.
"Jejaring sosial seharusnya membantu kita meningkatkan kualitas hidup, namun yang terjadi adalah sebaliknya. Mereka bukan alat untuk meningkatkan, tetapi alat untuk menggantikan," kata dia.
Dari tulisan di atas kita dapat menarik kesimpulan bahwa penyebab utamanya mungkin disebabkan oleh berkurangnya intensitas para pengguna jejaring sosial untuk berinteraksi langsung dengan orang-orang di sekitarnya karena lebih banyak menghabiskan waktu di jejaring sosial.
Nah, untuk mengurangi dampak yang disebabkan oleh jejaring sosial, ada baiknya sedikit mengurangi kegiatan di jejaring sosial dan lebih banyak berinteraksi langsung dengan keluarga dan teman-teman. Berhubungan dengan teman melalui jejaring sosial mungkin menyenangkan, namun akan lebih menyenangkan bila langsung bertemu dengan mereka. Disamping mengurangi dampak buruk dari jejaring sosial, dapat juga mempererat tali silaturrahim.
Sumber: http://www.metrotvnews.com
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar