KONSEP DASAR
A. Pengertian
Hipospadia adalah suatu keadaan dimana uretra terbuka dipermukaan bawah penis, skrotum atau peritanium . hipospadia sendiri berasal dari dua kata yaitu ‘hypo’ yang berarti ‘dibawah’ dan ‘spadon’ yang berarti keratin yang panjang.
B. Etiologi
Penyebabanya sebenernya sangat multifactor dan sampai sekarang belum diketahui penyebab pasti dari hipospadia. Namun, ada beberapa factor yang oleh para ahli dianggap paling berpengaruh antara lain :
1. Gangguan dan ketidakseimbangan hormone. Hormone yang dimaksud disini adalah hormone androgen yang mengatur organogenesis kelamin (pria) atau bisa juga karena reseptor hormone androgennya sendiri didalam tubuh yang kurang atau tidak ada. Sehingga walaupun hormone androgen sendiri telah terbentuk cukup akan tetapi apabila resepyornya tidak ada tetap saja tidak akan memberikan suatu efek yang semestinya. Atau enzim ya yang berperan dalam sintesis hormone androgen tidak mencukupi pun akan berdampak sama
2. Genetika terjadi karena gagalnya sintesis androgen.hal ini biasanya terjadi karena mutasi pada gen yang mengode sintesis androgen tersebut sehingga ekspresi dari gen tersebut tidak terjadi.
3. Lingkunganbiasanya menjadi penyebab adalah polutan dan zat yang bersifat teratogenik yang dapat mengakibatkan mutasi
C. Patofisiologi
Hipospadia terjadi karena tidak lengkapnya perkembangan uretra dalam utero. Terjadi karena adanya hambatan penutupan uretra penis pada kehamilan minggu ke 10 sampai minggu ke 14. Gangguan ini terjadi apabila uretra jatuh menyatu ke midline dan meatus terbuka pada permukaan ventral dari penis. Propusium bagian ventralkecil dan tampak seperti kap atau menutup
D. Manifestasi klinis
1. Glans penis bentuknya lebih datar dan ada lekukan yang dangkal dibagian bawah penis yang menyerupai meatus uretra eksternus.
2. Preputium (kulup) tidak ada dibagian penis.
3. Adanya chordee, yaitu jaringan fibrosa yang mengelilingi meatus dan membentang hingga ke glans penis, teraba lebih keras dari jaringan sekitar.
4. Kulit penis bagian bawah sangat tipis
5. Tunika dartos, fasia buchs dan korpus spongiosum tidak ada
6. Dapat timbul tanpa chordee, bila letak meatus pada dasar dari glans penis
7. Chordee dapat timbul tanpa hipospadia sehingga penis menjadi bengkok
8. Sering disertai undes cended testis (testis tidak turun ke kantung skrotum)
9. Kadang disertai kelainan congenital pada ginjal
E. Klasifikasi
Tipe hipospadia berdasarkan letak orifisium/meatus:
1. Tipe sederhana/tipe anterior terletk di anterior yang terdiri dari tipe glandular dan coronal. Pada tipe ini , meatus terletak pada pangkal glans penis. Secara klinis, kelainan ini bersifat asimtomatik dan tidak memerlukan suatu tindakan. Bila meatus agak sempit dapat dilakukan dilatasi atau meatotomi. Hipospadia glandular hipospadia subcoronal.
2. Tipe penil/tipe middl yang terdiri dari distal penile, proksimal penile dan pene-escrontal. Pada tipe ini, meatus terletak antara glans penis dan skrotum. Biasanya disertai dengan kelainan penyerta, yaitu tidak adanya kulit prepusium bagian ventral, sehingga penis terlihat melengkung kebawah atau glans penis menjadi pipih. Pada kelainan tipe ini, diperlukan intervensi tindakan bedah secara bertahap, mengingat kulit dibagian ventral preposium tidak ada maka sebaiknya sirkumisi karena sisa kulit yang ada dapat berguna untuk tindakan bedah selanjutnya .
3. Tipe posterior yang terdiri dari tipe scrotal dan perineal.pada tipe ini umumnya pertumbuhan penis akan terganggu, kadang disertai dengan skrotum befida, meatus uretra terbuka lebar dan umumnya testis tidak turun. Hipospadia perineal, dapat menunjukkan kemungkinan letak lubang kencing pada pasien hipospadia.
F. Pemeriksaan fisik diagnostic
Pemeriksaan diagnostics berupa pemeriksaan fisik. Jarang dilakukan pemeriksaan tambahan untuk mendukung diognostik hipospadia, tetapi dapat dilakukan pemeriksaan ginjal seperti USG mengingat hipospagia sering disertai kelainan pada ginjal.
G. Tindakan pembedahan
Tujuan pembedahan :
1. Membuat normal fungsi perkemihan dan fungsi social ,serta
2. Perbaikan untuk kosmetik pada penis. Ada banyak variasi tehnik, yang popular adalah tunneling sidiq-chaula, tehnik Horton dan devine:
A.Tehnik tunneling sidg-chaula dilakukan operasi 2 tahap:
- Tahap pertama eksisi dari chordee dan bisa sekaligus dibuatkan terowongan yang berepitel pada usia 1 ½-2 tahun. Penis diharapkan lurus , tapi meatus masih pada tempat yang abnormal. Penutupan luka operasi menggunakan preputium bagiandorsal dan kulit penis.
- Tahap kedua dilakukan uretroplasti, 6 bulan paska operasi, saat parut sudah lunak.dibuat insisi parallel pada tiap sisi uretra (saluran kemih) sampai ke glans, lalu dibuat pipa dari kulit di bagian kulit preputium dibagian sisi yang ditarik kebawah dan dipertemukan kepada garis tengah. Dikerjakan 6 bulan setelah tahap pertama telah matang.
B. Tehnik Horton dan devine, dilakukan pada anak lebih besar dengan penis yang sudah cukup besar dan dengan kelainan hipospadi jenis distal (yang letaknya lebih ke ujung penis ). Uretra dibuat dari flat mukosa dan kulit bagian punggungdan ujung penis dengan pedikel kemudian pindah kebawah.
Mengingat pentingnya preputium untuk bahan dasar perbaikan hipospadia, maka sebaiknya tindakan penyunatan ditunda dan dilakukan berbarengan dengan operasi hipospadia.
H. Komplikasi
Komplikasi dari hipospadia yaitu:
Ø Infertility
Ø Resiko hernia inguinalis
Ø Gangguan psikososial
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Fisik:
· Pemeriksaan genetalia
· Palpasi abdomen untuk melihat distensi vesika urinaria atau pembesaran pada ginjal
· Kaji fungsi perkemihan
· Adanya lekukan ujung penis
· Melengkungnya penis ke bawah dengan atau tanpa ereksi
· Terbukannya uretra pada ventral
· Pengkajian setelah pembedahan : pembengkakanpenis, pendarahan, dysuria, drainage.
2. Mental
·Sikap pasien waktu diperiksa
·Sikap pasien dengan adanya rencana pembedahan
·Tingat kecemasan
·Tingkat pengetahuan keluarga dan pasien
B. Diagnose keperawatan
1. Kurangnya pengetahuan orang tua berhubungan dengan diagnose , prosedur pembedahan dan perawatan setelah operasi .
2. Risiko infeksi berhubungan dengan pemasangan kateter.
3. Nyeri berhubungan dengan pembedahan
4. Kecemasan orang tua berhubungan dengan prosedur pembedahan
5. Risiko injuri berhungan dengan pemasangan keteter atau pengangkatan keteter.
C. Implementasi
Diagnose :1. Kurangnya pengetahuan orang tua berhubungan dengan diagnose, prosedur pembedahan dan perawatan setelah operasi.dan 4. Kecemasan orang tua berhubungan dengan prosedur pembedahan
Tujuan : memberikan pengajaran dan penjelasan pada orang tua sebelum operasi tentang prosedur pembedahan, perawatan setelah operasi tentang prosedur pembedahan, perawatan setelah operasi , pengukuran tanda-tanda vital dan pemasangan keteter.
Ø Kaji tingkat pemahaman orang tua
Ø Gunakan gambar-gambar atau boneka untuk menjelaskan prosedur, pemasangan keteter menetap, mempertahankan keteter, dan perawatan keteter, pengosongan kantong urin, keamanan keteter, monitor urine, warna dan kejerniandan pendarahan.
Ø Jelaskan tentang pengobatan yang diberikan, efek samping dan dosis serta waktu pemberian
Ø Ajarkan untuk ekspresi perasaan dan perhatian tentang kelainan pada penis.
Ø Ajarkan orang tua untuk berpartipasi dalam perawatan sebelum dan sesudah operasi (pre dan post).
Diagnose 2: resiko infeksi berhubungan dengan pemasangan keteter
Tujuan : mencegah infeksi.
Ø Pemberian air minum yang adekuat
Ø Monitor intake dan output (pemasukan dan pengeluaran)
Ø Kaji gaya gravitasi urine atau berat jenis urine
Ø Monitor tanda-tanda vital
Ø Kaji urine,drainage,purulen,bau,warna
Ø Gunakan tehnik aseptic untuk perawatan kateter
Ø Pemberian antibiotic sesuai program
Diagnose 3 : nyeri berhubungan dengan pembedahan
Tujuan : meningkatkan rasa aman
Ø Pemberian analgetik sesuai program
Ø Perhatikan setiap saat yaitu posisi kateter tetap atau tidak
Ø Monitor adanya “kink-kink” (tekukan pada kateter) atau kemacetan
Ø Pengaturan posisi tidur anak sesuai kebutuhannya
Diagnose 5 : resiko injuri berhubungan dengan pemasangan kateter atau pengangkatan kateter
Tujuan : mencegah injuri
Ø Pastikan kateter pada anak terbalut dengan benar dan tidak lepas
Ø Gunakan “restrain” atau pengaman yang tepat pada saat anak tidur dan gelisah
Ø Hindari alat-alat tenun atau yang lainnya yang dapat menkontaminasi kateter dan penis